Diving pertama di Wakatobi? Iya , siapa sangka dulu itu hanya dari sebuah mimpi dan sekarang menjadi kenyataan. Mimpi yang selalu saya ingin wujudkan, mimpi dimana saya ingin bercengkrama dengan keindahaan bawah lautnya Wakatobi. Salah satu bawah laut terindah di dunia yang dimiliki oleh Indonesia. Saya selalu berbagi cerita kepada setiap orang tentang keinginan saya untuk melakukan penyelaman pertama itu harus di Wakatobi atau Raja Ampat. Dan It’s the day mate! I’m so lucky, can’t wait to share my experience with you 🙂
Wakatobi berada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Ini kali keduanya sih saya menginjakkan kaki di Sulawesi setelah kunjungan pertama saya saat itu mengeksplore keindahaan Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tau gak sih? Wakatobi merupakan singkatan dari nama pulau-pulau loh. Nah berikut urutannya ; Wangi-wangi, Kalidupa, Tomia dan Binongko. Ini lah empat gugusan pulau utama di Taman Nasional Wakatobi guys. Pulau Tomia adalah sasaran empuk utama saya, setelah mendapat saran dari Rikas Harsa untuk melakukan penyelaman disana. Karena kata Rikas, diving di Pulau Tomia itu keren bangeeeets!!Banyak spot yang super kece.

Kebayang gak sih betapa excited nya saya saat itu ? Diving pertama men di Wakatobi men! Oh.. my God, can’t believe it. Maka dari itu, yuks di intip ceritanya biar gak penasaran hehe.
Yeay ! Selamat datang di Wakatobi. Akhirnya ya saya dan buddies saya saat itu, Jovita Ayu sampai juga di Bandara Wakatobi setelah perjalanan jauh saya dari Bandung ke Bandara Soekarna Hatta dan harus transit beberapa jam di Makassar karena pesawat yang kami tumpangi mengalami keterlambatan. Alhasil, itinerary saat itu harus di rombak total karena saat itu saya dan Jovita juga ketinggalan kapal yang menyebrang dari Pulau Wangi-Wangi ke Pulau Tomia. Oh men! Ini awal yang tidak baik.
Alhasil di hari pertama saya hanya bisa menghabiskan hari untuk explore keindahaan Pulau Wangi-Wangi, dari melihat pemandian umum disana yang super jernih banget, sampai menikmati sunset di puncak bukit. Tapi sunset nya juga rada malu-malu. Oh men! Ada apa dengan hari ini? Dan ada kejutan apakah abis ini? Let’s see.
Esok paginya nih, saya dan Jovita siap-siap untuk menyebrang ke Pulau Tomia menggunakan transportasi umum disana, tapi sayangnya kami tidak dapat tumpangan speedboat melainkan kapal kayu besar. Dan perjalanan saat itu kami tempuh selama berjam-jam, arus saat itu sangat tenang dan cuaca begitu cerah. Perjalanan yang super lama itu kami nikmatin dengan tidur menggeletak diatas papan kayu 🙂 wew.. Lumayan seru sih, jadi perjalanan yang lama tidak begitu berasa.

Sesampainya di Pulau Tomia sudah sore, tidak mungkin rasanya kami melakukan diving disaat itu. Saya dan Jovita memutuskan untuk langsung menuju ke penginapan. Sudah dua hari terbuang begitu saja tanpa bisa menikmati Wakatobi sesungguhnya. Tidak sabar untuk menunggu esok harinya, namun apa? Menjelang magrib di hari kedua, ada kejutan lagi dari Tuhan. Angin kencang dan hujan melanda Pulau Tomia dan seisinya. Kata orang lokal disitu, angin yang datang adalah angin barat, angin yang memang jarang datang tapi sekalinya datang dia akan berhari-hari. Mendengar kabar seperti itu sih, saya sempat khawatir untuk melakukan penyelaman esok harinya. Semoga esok cuaca aman ya, bisik saya dalam hati.

Dan hari H yang ditunggu-tunggu pun datang, pagi itu saya dan Jovita berkenalan dengan Pak Ahmad, Dive Master yang akan memandu serta memimpin penyelaman kami. Jam 7:00 WITA kami sudah siap-siap di penginapan, namun Pak Ahmad meminta kami untuk menunggu sejam berharap hujan dan angin saat itu membaik. Apa hujan? Iya, dari kemarin hujan belum berhenti. Tapi menurut Pak Ahmad untuk diving hari ini aman kok. Aamiin, semoga ya.

And then, kami jalan kaki dari penginapan menuju Pelabuhan Pulau Tomia karena memang jaraknya tidak terlalu jauh dan langsung naik kapal untuk menuju ke Eel Valley, yaitu Dive Spot pertama. Eel Valley adalah salah satu spot yang berada tidak jauh dari Pelabuhan Tomia. Karakteristik Eel Valley, di kedalaman 4-10 meter dipenuhi pasir putih yang super bersih dan bagus banget loh. Nah 10 meteran sudah bisa menemukan aneka ragam terumbu karang. Serta bisa menemukan wall yang penuh dengan jenis ikan dan karang di kedalaman 15 meter ke bawah. Wow, super keren lah.
Butuh waktu kisaran 10-15 menit dari pelabuhan menuju spot pertama ini. Namun di tengah perjalanan, ternyata hujan melanda kapal kami. Ombak mulai tidak stabil. Namun sembari hujan, saya, jovita dan Pak Ahmad tetap mempersiapkan semua alat untuk dive. Dari mulai masker, tabung selam, fin, regulator, sabuk pemberat dan lain-lainnya.
Ini suatu pengalaman yang membuat saya sedikit ragu awalnya untuk menyelam, karena diving dengan kondisi hujan dan angin badai seperti ini adalah tantangan tersendiri bagi saya. Tapi semua itu berasa semakin yakin karena saya melihat semangat dari buddy dive saat itu, Jovita dan Pak Ahmad. Mereka terlihat tidak ada keraguan sama sekali. Mungkin ini adalah diving belasan, puluhan, atau bahkan ratusan kali mereka. Sedangkan saya? Ini diving pertama saya setelah mendapatkan license. Sekalinya diving, dapat cuaca yang tidak bersahabat. But, it doesn’t matter mate, let’s rock it.
Brrrrrrr… Kelamaan diatas kapal jadi kedinginan nih badan. Setelah semua ready, saya melakukan teknik real roll dari kapal untuk menyebur ke laut. Real roll adalah teknik menyebur saat semua alat sudah terpasang di daratan/atas kapal dengan memposisikan diri membelakangi laut sambil duduk di sisi kapal dan menyebur dengan cara membalikan diri ke belakang (back flip), dimana tangan harus memegang masker dan regulator , agar tidak lepas. Semoga bermanfaat ya guys 🙂



And you know what guys? Ternyata airnya hangat, beda sama di permukaan sana yang super dingin karena hujan. Lebih nyaman di dasar laut loh guys. Visibility juga jernih banget, gak expect kalau visibility masih keren seperti ini walaupun diatas sana sudah gelap karena awan hitam dan hujan.
Semakin turun akhirnya saya mulai menemukan karang-karang yang beraneka ragam. Contohnya foto dibawah ini, saya dan Jovita menemukan sponges coral yang ukurannya gede banget. Tapi sayang, Pak Ahmad yang motoin kami saat itu lupa menyalakan flash nya sehingga foto-foto di spot ini terlihat satu warna. Tidak muncul warna warni karangnya. Padahal warna karang yang keliatan seperti jamur gede ini berwarna merah loh guys.


Tidak jauh dari keberadaan sponges coral yang ukurannya jumbo itu, akhirnya Pak Ahmad menyuruh kami untuk menyusul dia karna dia menemukan ikan nemo dengan anemon nya. Anemon berwarna biru itu berukuran besar dan tentakel-tentakel putih nan halus menghiasinya. Super cantik bangets.


Tidak terasa kami sudah menyelam selama 40 menit dan udara di tabung saya sudah sisa 70 bar. Saya memberi tahu Pak Ahmad kalau udara saya sudah mulai habis. Dan Pak Ahmad memberi aba-aba kalau kami bertiga harus segera naik ke permukaan. Dan naik ke permukaan pun harus ada teknik ya loh guys. Ilmu itu bisa kamu dapatkan di kelas diving kok 🙂
Sesampainya di permukaan ternyata hujan sudah mulai reda. Saya sudah sangat puas bisa meliat karang-karang yang super bagus tadi.

Namun, baru kisaran 10 menit saya diatas kapal, hujan badai melanda kami kembali dilautan. Kali ini lebih parah dari sebelumnya. Saya sempat panik. Pak Ahmad meminta semua kru kapal untuk stay diposisi ini, ketimbang kita melawan ombak yang begitu parah. Kisaran satu jam kami terombang ambing ditengah lautan. Perut sudah mulai mual ingin muntah. Oh men! Do’a gue semoga gak jackpot saat itu. Hahaha
“Kapten ayoook jalan ke Roma” teriak Pak Ahmad kepada kapten kapal. Dan kapal akhirnya jalan menuju spot diving kedua walaupun harus menghantam ombak besar saat it. Tidak butuh waktu lama hingga kami sampai di Roma Dive Spot.
Andaikan ada foto saat badai saat itu pasti akan saya share disini. Tapi dokumentasi satu satunya yang saya punya saat badai di atas kapal cuma video, dalam waktu dekat akan saya share di youtube channel yaa guys. Jangan lupa nanti like, comment dan subcribe nya ya.
Ombak semakin parah, saya semakin panik. Pak Ahmad dan Jovita sudah menyebur duluan kelaut. Sekarang giliran saya, dan karna kepanikan saua sampai dipegangin Pak Ahmad karna memang ombak saat itu begitu kuat dan besar, Kami mulai masuk kedalam dan meninggalkan ombak yang super dahsyat itu.
Oshit men! Lagi dan lagi visibility super jernih bangeeets. Saluut sama Wakatobi deh. Pas pertama masuk aja kami menemukan ular laut yang belangnya hitam putih yang sangat dikenal sangat mematikan itu. Duh semakin panik haha. Tapi malah Pak Ahmad memainkan ular itu seolah-olah tidak berbisa, duuuh pak paak hehe. Memang jagoan bapak satu ini.
Sudah mulai bosan dengan ular itu akhirnya kami melanjutkan penelusuran lebih dalam lagi. Dan saya menemukan Lion Fish yang juga dikenal sangat mematikan.

Setelah mondar mandir di Roma, ternyata Roma lebih indah dari spot Eel Valley. Banyak binatang unik yang kami temukan. Karakteristik Roma dan Eel Valley juga berbeda, disini full dengan coral.
Selain bertemu dengan Lion Fish, saya juga bertemu dengan nemo, penyu, schooling fish baracuda, rose coral, fin coral, dan banyak lainnya. Liat foto-foto dibawah ini! Enjoy it







Wah gak kerasa ternyata tabung udara saya sudah menipis. Saya termasuk boros nih dalam pernafasan di dalam air. Hal ini bisa disebabkan karena panik guys. Gimana gak panik ya, secara badai dan ombak separah itu hehe. Sesampai dipermukaan pun semua tim yang dikapal sudah terlihat pucat karena pusing terombang-ambing ombak badai. Terlihat kasihan sih tapi mereka tetap membantu saya, Jovita dan Pak Ahmad untuk naik ke kapal. Super salut buat mereka. Akhirnya hari itu kelar sudah diving nya karena tidak mungkin pindah ke spot lain. Hujan badai nya semakin kencang, kami memutuskan untuk kembali ke Pelabuhan dan bilas di penginapan.
Dan ternyata hujan badai tidak hanya sampai hari itu aja. Esoknya pun masih hujan sehingga keberangkatan kami untuk pulang ke Jakarta harus di undur sehari. Dan kami harus me-reschedule dua tiket flight dari Wakatobi ke Makassar dan Makassar ke Jakarta. Ini karena tidak ada kapal yang berani menyebrang dari Pulau Tomia ke Pulau Wangi-wangi. Sudah 4 hari 3 malam di Wakatobi, dari selama itu saya hanya menikmati Wakatobi di hari ketiga saat diving kemarin. It’s ok, dinikmatin aja and it’s mean I have to come back to Wakatobi and explore it again.
Akhirnya kami meninggalkan Pulau Tomia pada hari kelima. Terimakasih Wakatobi untuk semua ceritanya!
Locations
Pulau Tomia, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Indonesia.
How to get there
- Flight Jakarta- Makassar
- Flight Makassar – (Kendari) – Wakatobi
- Dari bandara di Pulau Wanci, kamu bisa sewa mobil ke Pelabuan.
- Pelabuhan Wanci ke Pelabuhan Tomia bisa menggunakan kapal biasa atau speedboat.
Tips
- Pastikan sudah booking tiket dari Pelabuhan Wanci ke Pelabuhan Tomia, dan ada nomor kontak kapal tersebut. Jadi seandainya delay di hari kedatangan, dan ketinggalan kapal menyebrang, bisa direschedule langsung.
- Jika tidak ada kapal yang berani menyebrang dari Pelabuhan Utama Tomia, coba cari ke pelabuhan lainnya, mana tau ada speedboat yang berani untuk menyebrang.
- Jangan ke Taman Nasional Wakatobi di saat musim hujan.
- Persiapkan divecom, stick, camera underwater sendiri dan lain-lain yang merasa butuh. Karena jarang yang menyediakan di dive center disini.
- Saya rasa kurang kalau hanya 1 hari berkegiatan diving disini, harus sediakan 2-3 hari untuk eksplore lebih Wakatobi. Tapi pastikan itinerary nya sudah tersusun rapi.
Next mau diving dimana lagi nih? btw ajak2 dong bang haha😊 ditunggu ya cerita selanjutnya
Semoga bisa diving di Banda Neira , Komodo, sama Raja Ampat 🙏🏾 Aamiin. Thank you ya anggi 👍🏾
Boleh ikut gabung ga broo
Gabung kemana nih?
Wah nemu blogger yg suka pantai. Thanks a lot info nyaaa bang ☺️
Halloooooo thanks a lot yaaa 🙏🏾🙏🏾🙏🏾
Kayaknya seru nih, ajakin donk
Ayo harus nyobain diving di Wakatobi 🙂
Kayaknya seru nih, ajakin donk ya
Terimakasih sudah membaca