Pernah mendengar kata “salak prono” kah sebelumnya? Jujur, saya baru mendengar ada jenis buah salak yang bernama salak prono ini saat saya berkunjung ke Air Terjun Tumpak Sewu di Lumajang, Jawa Timur. Mudah-mudahan hanya saya saja yang baru mengetahui jenis salak ini. By the way namanya salak prono, bukan porno ya gengs! Prono (sambil menekankan sekali lagi).
Nah, saya dan tim dari Pesona Lumajang dari Kementerian Pariwisata Indonesia telah sampai di parkiran Air Terjun Tumpak Sewu, iya tujuan utama kami saat itu akan eksplore keindahaan air terjun tersebut. Namun, sembari istirahat sejenak, kami dipersilahkan oleh Pak Karim (si kuncen Air Terjun Tumpak Sewu) untuk mencicipi sedikit hidangan berupa ubi singkong rebus, pisang rebus, dan salak prono rebus. Apa ? Ada salak direbus? Lalu bagaimana dengan rasanya?
Unik! Itu kata pertama yang keluar dari benak saya saat mengetahui ada salak yang direbus dan saat saya mencicipi rasa dari salak ini. Gilak sih ya, ini baru pertama kalinya saya merasakan salak direbus dan ternyata salak rebus telah menjadi santapan khasnya masyarakat Desa Situmulyo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang ini. Selain rasanya yang unik, teksturnya pun rada lunak dan kalau digigit pun sedikit lengket, namun kalau kamu penasaran bagaimana rasanya, it’s mean kamu harus datang kesini, dan cicipin langsung ya!
Lantas apa perbedaannya mencolok antara salak prono rebus dengan yang biasa?
Perbedaan terlihat jelas dari sisi warna kulit, salak biasa terlihat lebih gelap namun kalau salak yang sudah direbus warna kulitnya pun terlihat memerah. Dan saat dibuka, kulit salak prono rebus ternyata rada lengket ke daging salak karena faktor lunak dan basah.
Ngomong-ngomong soal salak prono nih guys. Salak Prono adalah hasil perkawinan silang antara salak pondo (salak sleman) dengan salak lokal Lumajang. Iya salak jenis ini asli dari Lumajang. Kemarin itu secara tidak sengaja saya bertemu dengan Ibu Win, si penjual salak prono di . Nah, kenapa dinamakan salak prono? Karena salak ini berasal dari Pronojiwo.

Ibu Win sangat baik, saya di ajak untuk melihat kebun miliknya. Beliau menjelaskan kepada saya bagaimana proses dari awal hingga salak ini di petik dari pohon. Teknik budidaya salak prono umumnya adalah warisan turun menurun di Pronojiwo. Ibu Win memaparkan kepada saya bahwa bibitnya dari biji, lalu dikecambahkan di bedengan serta siap dipindahkan ke lahan jika sudah cukup umur. Saat sudah bisa berbuah, pohon salak yang katanya bisa bertahan hingga 10 sampai 15 tahun ini tumbuh mancung. Mancung adalah proses awal sebelum salak ini berbuah. Dengan ditandai adanya tunas baru yang tertutup sama pelepah coklat seperti gambar dibawah. Setelah pelepah salak itu lepas, maka terdapat segumpal bakal buah. Kondisi seperti ini dinamakan kembang. Saat proses perkawinan, gumpalan bakal buah tersebut ditutupi dengan daun pisang. Fungsinya untuk mempercepat proses perkawinan. Setelah 5 minggu lamanya ditutupin daun pisang, maka gumpalan tersebut akan muncul bintik-bintik hitam yang akan menjadi buah nantinya.




Ibu Win dengan semangatnya menjelaskan semua itu. Saya dan Mba Terry pun sangat excited mendengarkan.
“Ibu punya ladang salak ini berapa luas bu?” tutur Mba Terry
“Kurang lebih 5 Ha khusus untuk salak, bu. Dan beberapa tahun lalu Pak SBY sempat mengunjungi daerah sini dan memetik langsung salak dari kebun” balas Ibu Win menutup obrolan kami saat itu.
